( Dokter Siti Setiati SpPD-KGer )
JAKARTA -- Restriksi [pembatasan] kalori pada puasa di bulan Ramadhan dapat meningkatkan kadar antioksidan total dan selanjutnya antioksidan total dapat menurunkan kadar radikal bebas.
Hal itu dikemukakan dr Siti Setiati, SpPD-KGer dari Subbagian Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM yang pernah melakukan penelitian tentang "Efek restriksi kalori selama puasa Ramadhan terhadap status radikal bebas pada pasien geriatri", di Jakarta, kemarin.
Menurut Atik -- panggilan akrab dr Siti Setiati, telah terbukti pada binatang percobaan bahwa menurunnya asupan kalori dapat meningkatkan antioksidan dan menurunkan produksi radikal bebas. Penelitian mengenai pembatasan kalori selama ini banyak dilakukan terhadap binatang percobaan seperti pada tikus, protozoa, ikan, kutu air, serta laba-laba, dan terbukti mampu memperpanjang usia.
Karena itu, untuk mengetahui apakah restriksi/pembatasan kalori mempunyai efek yang sama pada manusia, ia melakukan penelitian bersama Maryantoro Oemardi dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Tri Budi Rahardjo dari Pusat Penelitian Kesehatan UI, dan Rahmi Istanti dari Instalasi Gizi RSCM.
Sebanyak 63 pasien geriatri berusia 60 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini dan diperiksa sebanyak 4 kali, yaitu 7 hari sebelum puasa, hari ke-7 dan ke-17 saat puasa, serta 14 hari setelah puasa Ramadhan. Variabel yang diukur meliputi asupan kalori, oksidan dan antioksidan yang didapat dari asupan makanan pasien sehari-hari serta efeknya terhadap status radikal bebas. Status radikal bebas dinyatakan dengan malondialdehyde [MDA], sedangkan antioksidan diwakili oleh superoxide dismutase [SOD].
Dikatakannya, dalam puasa kita menahan segala sesuatu yang dapat membatalkannya, antara lain makan dan minum mulai dari terbit matahari hingga terbenam matahari selama sekitar 15 jam sehari. Sehingga, pola makan orang yang berpuasa akan berbeda dari pola makan sehari-harinya. Puasa di bulan Ramadhan dapat dijadikan sebagai media pelaksanaan restriksi kalori pada manusia, tuturnya.
Dari penelitian diketahui antara lain seseorang yang menjalankan ibadah puasa akan berkurang asupan kalorinya sebesar 12 persen dari asupan kalori sehari-hari. Sehingga, seseorang yang menjalankan ibadah puasa akan mengalami pembatasan kalori sebesar 12 persen. Asupan kalori tersebut menurun selama puasa Ramadhan [hari ke-7 dan ke-17] dan meningkat pada hari ke-14 setelah puasa Ramadhan. Selanjutnya radikal bebas yang diwakili oleh MDA menurun selama puasa dan meningkat kembali pada hari ke-14 setelah puasa Ramadhan. SOD yang merupakan salah satu jenis antioksidan yang dihasilkan oleh sel-sel bertambah dengan cepat setelah puasa Ramadhan.
Radikal bebas adalah suatu molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang bersifat sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel. Sedangkan antioksidan merupakan suatu zat yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.
Menurut Ahli Biomedik dari FKUI/RSCM Prof Dr N. Suhana, radikal bebas mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan proses ketuaan. Sebenarnya tubuh sendiri dapat menghasilkan enzim yang dapat menetralisir radikal bebas, seperti SOD [superoxide dismutase], enzim katalase, glutation peroksiadase. Namun, pada orang berusia lanjut enzim-enzim tersebut menurun jumlahnya, sehingga perlu dibantu oleh anti-radikal bebas [antioksidan] dari luar [makanan].
Menurut Suhana, kini sedang populer penggunaan antioksidan untuk mengurangi atau mencegah berbagai penyakit ketuaan dalam bentuk vitamin seperti vitamin C [asam askorbat] 100 mg, provitamin A [akaroten] 6 mg, vitamin E [tocopherol] 25 mg. Selanjutnya ia mengatakan teori-teori tentang proses menjadi tua [menua] adalah: pertama, pengontrolan genetik; kedua, rusaknya sistem imun tubuh; ketiga, akibat radikal bebas; keempat, ikatan silang makromolekul; kelima, akibat metabolisme.
Yang menarik, ia menambahkan, faktor metabolisme sangat besar pengaruhnya dalam mencegah terjadinya penyakit degeneratif dalam proses menua. Ternyata terlalu banyak makan akan merangsang pembentukan bukan saja hormon insulin dan hormon pertumbuhan, tetapi juga akan meningkatkan metabolisme secara keseluruhan. Pada hewan tikus, telah dicoba mengurangi asupan kalori, atau mengurangi makanannya dan ternyata dapat memperpanjang usia sampai ada yang mencapai dua kali lipat lebih panjang daripada yang diberi makanan secukupnya.
Sementara itu Ahli Biokimia dari Indonesian Pharmaceutical Watch [IPhW] Dr Ernawati Sinaga mengatakan ada penelitian tentang hubungan puasa dengan masukan karbohidrat, protein dan lipid [lemak]. Yaitu, pertama, dengan puasa terjadi penurunan karbohidrat, protein dan lipid dari konsumsi biasa dan hal itu justru bisa menormalkan kondisi tubuh. "Kalau selama ini kita terutama yang berada di kota besar dibebani dengan segala masukan yang kebanyakan berlebihan, maka dengan puasa itu akan terkontrol lagi,"tuturnya.
Kedua, dengan puasa, kita memberikan kesempatan pada organ-organ tubuh untuk menurunkan kecepatan kerjanya, sehingga di situ bisa terjadi perbaikan seperti pertumbuhan sel bisa lebih bagus, mengganti sel-sel yang rusak, dsb, kata Erna yang mengaku pernah melakukan penelitian mengenai hal itu.
Erna yang melakukan penelitian pada tikus mengatakan tikus yang dipuasakan selama beberapa jam terjadi perbaikan pada kondisi tubuh. Bahkan hal itu bisa menurunkan risiko terkena penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit pembuluh darah, jantung, dsb.
( Hikmah - http://1hati17an.blogspot.com/ )
Renungan, Inspirasi, Motivasi, Innovasi & Aktualisasi ILMU & HIKMAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar