Renungan, Inspirasi, Motivasi, Innovasi & Aktualisasi ILMU & HIKMAH. Luqmanul Hakim berkata : "Sesungguhnya hikmah itu dapat menghidupkan hati yang mati, sebagaimana siraman air hujan dapat menghidupkan bumi yang gersang". *Semoga hikmah-hikmah berupa Kisah, Cerita, Renungan & Nasehat, dapat dijadikan pelajaran hidup dan bermanfaat yang kita dapatkan selama ini, bisa menjaga hidupnya hati kita dan meneguhkan pendirian kita dalam mencintai kebenaran dan mengamalkannya. Aamiin. Sabda Rasulullah SAW ; "Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada." (HR. Muslim)

Selasa, 23 Juli 2013

KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN (1,2,3)


Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupayamembiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akanmenuai kesuksesan di bulan Ramadlan.

Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikanyang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’banberasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan.Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperolehperhatian dari kalangan kaum muslimin.














Pindah Qiblat
Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah,Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nantidatangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliautidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dariRabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya.Wahyu Allah Subhanahu Wata’ala turun. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamumenengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yangkamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamuberada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)

Diangkatnya Amal Manusia
Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia padabulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:“Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatubulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliaubersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan.Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaanberpuasa.” (HR. Nasa’i).

Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban
Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utamasetelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulanSya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaberkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kamikatakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakanbeliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullahmenyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernahmelihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslimdan Abu Dawud).
Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Sya’ban lebih utama dari padapuasa bulan Rajab dan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal AbuHurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, “Puasayang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurulhurum).” 

Menurut Imam Nawawi, hal ini terjadi karena keutamaan puasa padabulan-bulan mulia (asyhurul hurum) itu baru diketahui oleh Rasulullah di akhirhayatnya sebelum sempat beliau menjalaninya, atau pada saat itu beliau dalamkeadaan udzur (tidak bisa melaksanakannya) karena bepergian atau sakit.
Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’bandengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasabulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelumsholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai mediaberlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.

Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan,kecuali:
1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.

Turun Ayat Sholawat Nabi
Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuranmembaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini,yaitu ayat: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlahsalam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)
Sya’ban, Bulan Al Quran

Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalambeberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan dimana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebihdianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khususseperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.
Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketikamemasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran danmengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar merekabisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Malam Nishfu Sya’ban
Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malamNishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orangyang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkandoa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah,memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amalmanusia.
Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipundi antaranya ada yang dlo’if (lemah), namun Al Hafidh Ibn Hibban telahmenyatakan kesahihan sebagian Hadits-Hadits tersebut, di antaranya adalah:“Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, “Allah melihat kepada semuamakhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecualiorang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).

Para ulama menamai malam Nishfu Sya’ban dengan beragam nama. Banyakny nama-nama ini mengindikasikan kemuliaan malam tersebut.
1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah).
2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki).
3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa).
4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa)
5. Lailatul Hayah walailatu ‘Idil Malaikah (malam hari rayanya malaikat).
6. Lalilatus Syafa’ah (malam syafa’at)
7. Lailatul Baro’ah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain.

Pro dan Kontra Seputar NishfuSya’ban
Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, “Kebanyakanulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam NishfuSya’ban masuk kategori Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilaisebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.”
Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, “Para ulamaHadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan olehImam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dlo’ifuntuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal), bukan untuk menentukan hukum, selamaHadits-Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”Jadi, meskiHadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if(lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalam di malamNishfu Sya’ban.

Kebanyakan ulama yang tidak sepakat tentang menghidupkan malam Nishfu Sya’banitu karena mereka menganggap serangkaian ibadah pada malam tersebut itu adalahbid’ah, tidak ada tuntunan dari Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam.
Sedangkan pengertian bid’ah secara umum menurut syara’ adalah sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah. Jika demikian secara umum bid’ah itu adalah sesuatuyang tercela (bid’ah sayyi’ah madzmumah). Namun ungkapan bid’ah itu terkadangdiartikan untuk menunjuk sesuatu yang baru dan terjadi setelah Rasulullah wafatyang terkandung pada persoalan yang umum yang secara syar’i dikategorikan baikdan terpuji (hasanah mamduhah).

Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumiddin Bab Etika Makan mengatakan, “Tidaksemua hal yang baru datang setelah Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallamitu dilarang. Tetapi yang dilarang adalah memperbaharui sesuatu setelah Nabi(bid’ah) yang bertentangan dengan sunnah.” Bahkan menurut beliau, memperbaharuisesuatu setelah Rasulullah (bid’ah) itu terkadang wajib dalam kondisi tertentuyang memang telah berubah latar belakangnya.”

Imam Al Hafidh Ibn Hajjar berkata dalam Fathul Barri, “Sesungguhnya bid’ah itujika dianggap baik menurut syara’ maka ia adalah bid’ah terpuji (mustahsanah),namun bila oleh syara’ dikategorikan tercela maka ia adalah bid’ah yang tercela(mustaqbahah). Bahkan menurut beliau dan juga menurut Imam Qarafi dan ImamIzzuddin ibn Abdis Salam bahwa bid’ah itu bisa bercabang menjadi lima hukum.

Syeh Ibnu Taimiyah berkata, “Beberapa Hadits dan atsar telah diriwayatkantentang keutamaan malam Nisyfu Sya’ban, bahwa sekelompok ulama salaf telahmelakukan sholat pada malam tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukansholat pada malam itu dengan sendirian, maka mereka berarti mengikuti apa yangdilakukan oleh ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada hujjah dandasarnya. Adapun yang melakukan sholat pada malam tersebut secara jamaah ituberdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul untuk melakukan ketaatan dan ibadah.

Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan serangkaianibadah itu hukumnya sunnah (mustahab) dengan berpedoman pada Hadits-Hadits diatas. Adapun ragam ibadah pada malam itu dapat berupa sholat yang tidakditentukan jumlah rakaatnya secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir,berdo’a, membaca tasbih, membaca sholawat Nabi (secara sendirian atauberjamaah), membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-lain.

Tuntunan Nabi di Malam NisyfiSya’ban
Rasulullah telah memerintahkan untuk memperhatikan malam Nisyfi Sya’ban, danbobot berkahnya beramal sholeh pada malam itu diceritakan oleh Sayyidina AliRodliallahu anhu, Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika tibamalam Nisyfi Sya’ban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah disiang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menurunkan rahmatnyapada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Diaberfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orangmeminta rizki, maka akan Aku beri rizki? Adakah orang yang tertimpa musibah,maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.’”(HR. Ibnu Majah)
Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh bulan Sya’ban sekalipun adalah saatyang tepat bagi seorang muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malamitu adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslimmemperbanyak aneka ragam amal kebaikan.

Doa adalah pembuka kelapangan dan kunci keberhasilan, maka sungguh tepat bilamalam itu umat Islam menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah Subhanahuwata’ala. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam mengatakan, “Doa adalahsenjatanya seorang mukmin, tiyangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.” (HR.Hakim). Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam juga mengatakan, “Seorangmuslim yang berdoa -selama tidak berupa sesuatu yang berdosa dan memutusfamili-, niscaya Allah Subhanahu wata’ala menganugrahkan salah satu dari ketigahal, pertama, Allah akan mengabulkan doanya di dunia. Kedua, Allah baru akanmengabulkan doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan menghindarkannya darikejelekan lain yang serupa dengan isi doanya.” (HR. Ahmad dan Barraz).

Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tentangdoa yang khusus dibaca pada malam Nishfu Sya’ban. Begitu pula tidak adapetunjuk tentang jumlah bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang membaca AlQuran, berdoa, bersedekah dan beribadah yang lain sesuai dengan kemampuannya,maka dia termasuk orang yang telah menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan iaakan mendapatkan pahala sebagai balasannya.

Adapun kebiasaan yang berlaku di masyarakat, yaitu membaca Surah Yasin tigakali, dengan berbagai tujuan, yang pertama dengan tujuan memperoleh umurpanjang dan diberi pertolongan dapat selalu taat kepada Allah. Kedua, bertujuanmendapat perlindungan dari mara bahaya dan memperoleh keluasaan rikzi. Danketiga, memperoleh khusnul khatimah (mati dalam keadaan iman), itu juga tidakada yang melarang, meskipun ada beberapa kelompok yang memandang hal inisebagai langkah yang salah dan batil.

Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita adalah beredarnyatuntunan-tuntunan Nabi tentang sholat di malam Nishfu sya’ban yang sejatinyasemua itu tidak berasal dari beliau. Tidak berdasar dan bohong belaka. Salahsatunya adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, “Bahwa saya melihatRasulullah pada malam Nishfu Sya’ban melakukan sholat empat belas rekaat,setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x), Surah Al Ikhlas (14 x), Surah AlFalaq (14 x), Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu ayat terkhir SuratAt Taubah (1 x). Setelahnya saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa yangdikerjakannya, Beliau menjawab, “Barang siapa yang melakukan apa yang telahkamu saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan pahala 20 kali haji mabrur, puasa20 tahun, dan jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti berpuasa duatahun, satu tahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Dan masih banyaklagi Hadits-Hadits palsu lainnya yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin.

(Disarikan dari “Madza fi Sya’ban”, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki,Muhadditsul Haromain).

September 5, 2007 · Disimpan dalam artikel
Oleh: H. Ahsan Ghozali
* Staf pengajar PP. Langitan Widang Tuban. Alumni Sayyid Muhammad bin Alawial-Maliki Makkah
Selasa, 21 Agustus 2007 – oleh : admin http://www.langitan.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar